Meme Kesehatan Jiwa Membuat Ketagihan, Jangan Sampai Jadi Comfort Zone

Meme atau gambar-gambar lucu dan screenshot dari media sosial seringkali terasa lebih memberi pengesahan dan rasa ‘solidaritas’ ketimbang ucapan bernada optimisme. Pertunjukan ‘senasib, sepenanggungan’ ini hampir selalu memberi rasa terlibat dan persahabatan lebih dari dokter terapis atau orang terdekat kita sendiri.

Komedi memang lah sebuah cara yang efektif untuk mengijinkan orang berfilosofi dan mengulas perilaku manusia, tanpa ‘cita rasa’ yang terlalu berat.

Kecerdikan akal ini disampaikan dengan lancar oleh orang-orang yang tulus merasa tertekan atau malu oleh kekurangan wataknya sendiri dan watak orang lain di sekitarnya.

Dalam komedi, kita menemukan pengampunan atas agresi dan keegosentrisan yang kita bawa sejak lahir. Lewat materi lawakan, introspeksi tak butuh banyak syarat untuk mendarat di intinya.

“Saat keluar sejenak dari lautan depresi kita sendiri untuk memberi nasehat pada teman yang sedang depresi.”

Melalui cengkeraman humor yang santai, kita berkesempatan menertawai diri sendiri tanpa desakan yang menguliahi untuk memperbaiki diri.

Inilah dia ‘jamu herbal’ pereda inflamasi hidup kita. Komedi.

Memang, menemukan format hiburan atau konten yang relevan dengan realita kita semacam ini adalah rejeki yang memuaskan hati.

Tapi sebagai penyintas masalah kesehatan mental, kita tidak mau menciptakan zona nyaman dengan melahap rakus meme-meme ini. Cukup jadi pengingat dan pemantap hati bahwa ada jutaan versi lain dari dirimu di seluruh dunia, yang sedang merenungkan hal yang sama.

Gambar fitur: pixabay.com/OpenClipart-Vectors

Tinggalkan komentar