Menderita pengabaian emosional membuat kita sulit menghadapi jenis-jenis orang yang berbeda. Karena kita merasa membangun identitas kita sendiri dengan sedikit atau tanpa kaitan emosional dengan manusia lain.
Ini membuat kita berat untuk mentolerir ketika seseorang merampok rasa kepentingan kita. Bukan karena teman-teman kita orang yang kasar, yang gagasan bermainnya selalu bertujuan mencelakai seseorang. Tapi karena mereka sudah terbiasa memangkas kehendak dan tempramen mereka sejak kecil. Mereka tumbuh dewasa memiliki dugaan bahwa semua orang lain juga sama ‘didukung dan dijaga’ seperti dirinya.
Kondisi mental kita memang terlalu ringkih untuk dipertaruhkan demi menguji kemampuan kita mengikat diri pada sesosok teman. Dengan harapan mendapatkan pertemanan sederhana yang tangguh dan memaklumi. Dan kenyataannya, kita memang tidak harus, hari ini juga, menantang diri untuk berteman dengan semua dan sembarang orang. Kita memiliki kebutuhan mental yang lebih penting yang harus kita penuhi.
Teman yang usianya lebih tua bisa menjadi pilihan kelompok sosial untuk menggantikan sosok orangtua yang ‘tak sempurna, namun bersedia mengawasi’, yang tak kita dapatkan di masa kecil. Carilah teman yang berusia lebih tua, namun memiliki fokus mereka sendiri terhadap hobi atau topik yang juga kita sukai. Hentikan keterlibatan dengan sosok senior yang juga sama atau lebih menderita dan kerdil dari kita, seberapa sukses pun dia kelihatannya.
Temukan teman-teman senior yang memiliki ‘semangat menghindari pelanggaran sosial’, tapi di sisi lain, punya banyak akal dalam mengejar kesuksesan. Karena orang-orang ini memiliki kekuatan watak yang mengesankan yang kita dambakan itu: terampil MEMAKLUMI.
Gambar fitur: pixabay.com/7721622